Sabtu, 23 Januari 2016

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 18-20

Ayat ke 18

Artinya:
Mereka tuli (dari ajaran-ajaran yang haq) dan bisu (untuk menyatakan kebenaran) serta buta (untuk melihat hakekat). Maka mereka tidak pernah melepas kekufuran dan tidak akan kembali ke arah kebenaran.

Sekalipun orang munafikjuga memiliki mata, telinga dan lidahsebagaimana orang lain, tetapi matanya tidak bersedia melihat dan memahami hakikat. Telinganya juga tak ia persiapkan untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang hak, dan lidahnya tak pernah mau mengikrarkan kebenaran risalah Nabi Saw. Oleh karena itu, al-Quran dalam ayat yang lain menyerupakan mereka dengan binatang yang memiliki panca indera, tapi tidak pernah mampu berpikir untuk mengenal hakikat.

Selain pada ayat ini, al-Quran juga menggunakan pengungkapan seperti, Laa Yasy'uruun, Laa Ya'lamuun, Laa Yubshiruun danLaa Ya'mahuun untuk orang-orang munafik. Kekafiran batin seorang munafik sedemikian kuat menutupi mata, telinga dan lidahnya membuat ia memalingkan dirinya dari kebenaran. Kenyataan ini membuat ia tidak berbeda dengan orang kafir. Ia sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang hak dan mana yang batil.

Pada ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa dengan hilangnya cahaya iman, kegelapan kufur telah sedemikian rupa menyelubungi orang munafi sehingga ia tidak lagi mampu melihat sesuatu. Sedangkan ayat ini mengatakan, bukan hanya tidak mampu melihat kebenaran, bahkan kemampuan mendengar dan mengucapkan kebenaran juga sudah hilang dari mereka. Akibat gerak mereka di dalam kedelapan, maka mereka tidak memperoleh apa-apa selain kejatuhan dan kebinasaan. Sebuah jalan yang tidak lagi memiliki arah untuk kembali.

Ayat ke 19

Artinya:

Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit di sertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari tangan mereka ketika mendengar petir karena takut mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir.

Pada ayat ke-17 surat al-Baqarah ini, Allah menyerupakan munafik dengan orang yang berada di sebut tempat gelap dan kehilangan cahaya penerang, lalu mengalami kebingungan dan tak mempunyai jalan untuk kembali. Sedangkan ayat ini berkata, orang munafik bagaikan orang yang berada di lumpur akibat hujan lebat, di tengah gelap gulita malam yang disertai dengan kilat yang menyambar dan guntur yang menggelegar. Hal itu membuatnya ketakutan setengah mati. Namun ia tidak memiliki tempat berlindung untuk menyelamatkan diri dari hujan, tidak pula memiliki cahaya untuk menerobos kegelapan dan tidak juga ia memiliki jiwa dan mental yang kuat untuk menghadapi petir yang mengguntur memekakkan gendang telinga.

Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Munafikin tenggelam dalam berbagai kesulitan dan senantiasa merasakan kecemasan. Di dunia ini pun mereka sudah merasakan ketakutan dan keragu-raguan yang selalu mengikuti mereka.
2. Ketakutan akan mati, selalu menghantui orang-orang munafik. Hal itu menyebabkan mereka tidak memiliki ketenangan jiwa.
3. Allah Swt menguasai orang-orang munafik dan membongkar rahasia serta konspirasi mereka.
4. Kemunafikan akan berakhir pada kekafiran.
5. Hujan lebat, gelegar petir dan cahaya kilat, adalah hal yang sangat menakutkan orang-orang munafik. Al-Quran adalah sumber rahmat ilahi yang turun untuk umat manusia. Tetapi bagi munafikin ia adalah lonceng bahaya dan sumber kehinaan.

Ayat ke 20

Artinya:

Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Kilat dan petir di langit adalah tanda turunnya hujan, kebahagiaan, hijaunya bumi dan kesejahteraan penghuninya. Tetapi ini bukan untuk semua orang, melainkan hanya untuk mereka yang punya kesiapan memanfaatkan bekal dan rahmat ilahi ini.Lalu bagaimanakah dengan seorang musafir yang tertinggal sendirian dalam perjalanan di dunia ini .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar