Kepercayaan akan Hari Akhirat mengandung :
Oleh Ustadz Yachya Yusliha.
1. Apa yang kita kerjakan di dunia ini adalah dengan tanggung jawab yang penuh.
Bukan tanggungjawab kepada manusia, tetapi kepada Tuhan yang selalu melihat kita, walaupun sedang kita berada sendirian.
Semuanya akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat.
Tanggung jawab bukan jawab yang tanggung.
2. Kepercayaan kepada akhirat meyakinkan kita bahwa apa-apapun peraturan atau susunan yang berlaku dalam alam dunia ini tidaklah akan kekal; semuanya bergantian, semuanya berputar, dan yang kekal hanyalah peraturan kekal dari Allah, sampai dunia itu sendiri hancur binasa.
3. Setelah hancur alam yang ini Tuhan akan menciptakan alam yang lain, langitnya lain, buminya lain, dan manusia di panggil buat hidup kembali di dalam alam yang baru diciptakan itu dan akan ditentukan tempatnya sesudah penyaringan dan perhitungan amal di dunia.
4. Surga untuk yang lebih ber- amal baiknya. Neraka untuk yang lebih berat amal jahatnya.
Dan semuanya dilakukan dengan adil.
5. Kepercayaan akan Hari Akhirat memberikan satu pandangan khas tentang menilai bahagia atau celaka manusia.
Bukan orang yang hidup mewah dengan harta benda, yang gagah berani dan tercapai apa yang dia inginkan, bukan itu ukuran orang yang jaya.
Dan bukan pula karena seorang hidup susah, rumah gubuk dan menderita yang menjadi ukuran untuk menyatakan bahwa seorang celaka.
Tetapi kejayaan yang hakiki adalah pada nilai iman dan takwa disisi Allah swt, dihari kiamat.
Yang semulia-mulia kamu disisi Allah ialah yang setakwa-takwa kamu kepada Allah.
Sebab itu tersimpullah semua kepada ayat yang berikutnya :أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَ أُولَئِكَ هُمُالْمُفْلِحُوْنَ"Mereka itulah yang berada atas petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beroleh kejayaan.
"(ayat 5) Berjalan menempuh hidup, di atas jalan Shirothol Mustaqim, dibimbing selalu oleh Tuhan, karena dia sendiri memohonkanNya pula, bertemu taufik dengan hidayat, sesuai kehendak diri dengan ridha Allah, maka beroleh kejayaan yang sejati, menempuh suatu jalan yang selalu terang benderang, sebab pelitanya terpasang dalam hati sendiri;
pelita iman yang tidak pernah padam.
Sebagai telah kita sebutkan di atas tadi, dari ayat 1 sampai ayat 5, adalah memperlakukan permohonan kita di dalam al-Fatihah, memohon diberi petunjuk jalan yang lurus. Asal ini dipegang , petunjuk jalan yang lurus pasti tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar